A.
Profil
Perusahaan
Usaha
Kecil Menengah (UKM) yang kami observasi adalah perusahaan yang terletak di
Jalan Parangtritis Km.12 Manding RT 08/05 Sabdodadi, Bantul, Yogyakarta. Usaha
milik Pak Roosman ini berdiri pada akhir Desember 1989 dengan nama Roosman Pengrajin
Kulit. Usaha ini pada awalnya digeluti Pak Roosman dengan berjualan keliling di
sekitaran Malioboro, Borobudur, dan Prambanan. Dari usaha keliling, produk
kerajinan kulit milik Pak Roosman mulai dikenal dan berkembang. Bahkan hasil
kerajinan kulitnya mendapat banyak pesanan dari orang Bali kurang lebih 300 sandal kulit. Menyanggupi orderan
tersebut, usahanya mulai berkembang. Banyak orang yang datang ke Manding untuk
membeli produknya lalu mulai banyak turis yang membeli produk tersebut. Hingga
saat ini usahanya sudah mencapai pasar luar negeri seperti Korea, China,
Denmark, dan German.
B.
Identifikasi
dan Analisis Bisnis Perusahaan
a.
Keuntungan Usaha
i.
Sudah memiliki pasar
sendiri
UKM
milik Pak Roosman ini sudah berdiri sejak 1989, sehingga pasarnya sudah
berkembang luas. Awal mulanya Pak Roosman menawarkan produknya dari satu tempat
ke tempat lain, misalnya hari pertama berjualan di Malioboro, hari berikutnya
di Borobudur, berikutnya lagi di Prambanan dan lainnya. Dari hasil berkeliling
itu, beliau mendapat orderan untuk membuat tas lalu dikirim ke Bali dan banyak
orang yang mengenal produk-produk milik Pak Roosman ini hingga membuat pasarnya
berkembang.
ii.
Memiliki pelanggan
utama
Konsumen
utama UKM Pak Roosman ini adalah reseller
untuk pengrajin kulit yang ada di lokal (dalam negeri) atau pun luar negri
seperti Korea, Jepang, dan Denmark. Pak Roosman sudah melakukan ekspor sejak
tahun 2005. Setiap bulan Korea memesan kurang lebih 300 buah tas, sandal, atau
dompet.
iii.
Produksi berdasarkan
pesanan
Keuntungan
lain yang dimiliki UKM Pak Roosman ini adalah metode produksi yang digunakan
berdasarkan pesanan, meskipun kemudian ada kelebihan dari jumlah barang yang diproduksi
tersebut, meskipun tidak banyak. Adanya
kelebihan produksi tersebut digunakan sebagai cadangan jika ada produk yang
cacat.
b.
Hambatan Usaha
i.
Biaya penyimpanan
tinggi
Hambatan
ini disebabkan oleh adanya kelebihan jumlah barang yang diproduksi. Kelebihan tersebut, mengakibatkan adanya penumpukan barang di
tempat produksi. Akibat adanya penumpukan ini membuat banyak tempat yang
dikorbankan untuk menaruh barang tersebut.
ii.
Barang yang out of date
Sisa
barang yang sudah lama bisa saja out of
date atau sudah tidak model lagi di dunia fashion, sehingga minat konsumen
untuk membeli barang tersebut juga menurun.
iii.
Susahnya mencari tenaga
kerja yang ahli
Pekerja
yang membuat kerajinan tas ini adalah
orang-orang disekitar kampung yang memang sudah ahli untuk membuat kerajinan
kulit. Terbatasnya tenaga kerja yang ahli ini membuat produksi kerajinan juga tidak bisa
berkembang.
C.
Identifikasi
dan Analisis Resiko Perusahaan
a.
Melemahnya rupiah
Melemahnya
rupiah terhadap dollar mempengaruhi
harga bahan kimia yang digunakan untuk mengolah kulit sapi, sehingga harga
kulit sapi itu sendiri menjadi mahal. Dampak dari naiknya harga kulit sapi ini
kemudian mempengaruhi harga dari kerajinan kulit.
b.
Hilangnya untung ganda
karena pembayaran rupiah
Pada
tahun 2005 hingga 2011 pembayaran yang dilakukan oleh turis asing maupun
importir kerajinan kulit ini melakukan pembayaran dengan dollar , sehingga Pak
Roosman bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan kerajinan kulit itu sendiri,
maupun dari nilai tukar dollar terhadap rupiah. Namun, sejak beberapa tahun
terakhir ini, mereka tidak melakukan transaksi dengan menggunakan dollar, akan tetapi membayar dengan rupiah. Memang tidak
ada kerugian, tetapi keuntungan dari nilai tukar dollar terhadap rupiah ini
jadi hilang.
c.
Barang tak terjual /
barang cacat
Pak
Roosman selalu membuat pesanan dengan jumlah yang lebih banyak dari yang dipesan.
Hal ini jelas akan menimbulkan barang sisa yang akan disimpan di gudang. Resiko
ini akan meningkatkan biaya penyimpanan. Namun diakui Pak Roosman bahwa barang
sisa atau mungkin barang cacat tidak terlalu membebani karena pada kenyataannya
barang tersebut akan laku terjual. Terjualnya barang sisa atau barang hasil
perbaikan barang cacat ini dijual via online dan toko konvensional atau showroom milik anak Pak Roosman.
d.
Jika karyawan sakit,
maka tidak bisa memenuhi target
Hal
ini dikarenakan jumlah karyawan atau pekerja Pak Roosman terbatas. Pekerja yang
dibutuhkan Pak Roosman harus seseorang dengan keterampilan memotong dan
menjahit bahan kulit.
e.
Pegawai yang
mengerjakan di rumah berpotensi mencuri bahan
Ada
kemungkinan pekerja yang mengerjakan barang di rumah akan mencuri bahan-bahan yang digunakan untuk
memproduksi produk seperti benang, bahan kulit, aksesoris, dan lain-lain.
D.
Strategi
Perusahaan dalam Mengelola Resiko
a.
Menaikkan harga jual
Untuk
pemasaran dalam negeri, Pak Roosman seharusnya bisa menetapkan harga yang akan
memberikan keuntungan yang sama di saat kurs rupiah sedang melemah terhadap
dollar. Misalnya kenaikan harga bahan kulit akan mempengaruhi harga jual
produk.
b.
Dijual kembali
Barang
cacat diperbaiki dan barang sisa dimodifikasi kembali untuk tujuan penjualan
kembali sehingga menghilangkan biaya penyimpanan.
E.
Pendapat
Kelompok Mengenai Identifikasi dan Analisis Bisnis dan Resiko Perusahaan
Menurut
kami, UKM yang dijalani yang Pak Roosman dalam industri kerajinan kulit ini
cukup berhasil dibuktikan telah dibukanya showroom
khusus untuk menawarkan produknya dan
penjualan secara online yang
dilakukan oleh anaknya. Selain itu beliau mengaku produk buatannya sudah
diekspor ke beberapa negara, salah satunya Korea Selatan yang merupakan
pelanggan tetap. Dilihat dari jumlah pegawai yang dimiliki Pak Roosman sebanyak
47 orang (termasuk pengrajin dan pramuniaga) merupakan jumlah yang cukup besar
untuk ukuran usaha kecil dan menengah. Dalam sekali order pun jumlahnya relatif
besar, bisa mencapai 3000 buah pesanan dalam jangka waktu 3 bulan.
Sayangnya
terdapat beberapa hal yang dirasa kelompok masih kurang maksimal dalam pelaksanaannya.
Hal-hal tersebut antara lain:
- Pemasaran yang kurang dikembangkan
Produk
yang dihasilkan Pak Roosman kurang dikenalkan lebih luas. Pemasaran yang
dilakukan Pak Roosman hanya mengandalkan pesanan pelanggan dan penjualan di showroom milik anaknya. Akan lebih baik
bila pemasarannya tidak sebatas dua hal itu. Saran kami, beliau membuka toko di
kawasan wisata terutama untuk target pasar wisatawan internasional sehingga
lebih meningkatkan profit.
- Tata ruang showroom kurang rapi
Showroom yang dimiliki
Pak Roosman dan anaknya masih kurang rapi dan tertata, terkesan didesain ala
kadarnya. Hal ini kemungkinan merupakan implikasi dan bisnis Pak Roosman yang
hanya mengutamakan produksi dan penjualan berdasarkan pesanan pelanggan tidak
untuk tujuan promosi produk lainnya bagi calon pembeli yang mungkin singgah di showroom atau tempat produksi.
Selain
itu dalam penyimpanan barang produksi lama terlihat hanya dibungkus plastik dan
disimpan tanpa memperhatikan faktor estetika di etalase. Tidak jarang beberapa
di antaranya berdebu dan terlihat usang. Hal ini berpotensi menurunkan minat
pembeli.
Saran
kami, sebaiknya Pak Roosman menata etalase
dengan lebih menarik sehingga produk-produk yang dipajang akan lebih menarik
dan meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli produk tersebut. Selain itu,
seharusnya Pak Roosman juga memisahkan tempat showroom dan tempat untuk memproduksi produk-produknya sehingga showroom dapat lebih tertata dan tidak
berantakan.
- Tidak ada gudang khusus untuk penyimpanan barang
Barang-barang
yang belum terjual atau barang hasil produksi disimpan dalam lemari yang ada di
rumah produksi milik Pak Roosman. Ini akan mengurangi luas rumah produksi
sekaligus showroom.
Saran
kelompok kami, sebaiknya Pak Roosman memiliki gudang untuk menyimpan
produk-produk yang telah dipesan sehingga barang yang diproduksi tidak rusak.
- Tidak ada desain khusus yang menjadi ciri khas produk buatan Pak Roosman
Hal
ini dikarenakan tujuan produksi kerajinan kulit milik Pak Roosman hanya untuk
memenuhi pesanan pelanggan. Bentuk, warna, ukuran, semuanya tergantung pada
permintaan pelanggan. Pak Roosman kurang
melebarkan produksinya dengan membuat desain
sendiri yang kemudian bisa dipatenkan.
Apabila
beliau mau untuk membuat kerajinan sendiri, maka bisnis yang dijalankan
sekarang dapat lebih berkembang.
- Produksinya tanpa merk dan tidak dipatenkan
Produk
yang dihasilkan Pak Roosman tidak disertai merk dan tidak dipatenkan. Selama
ini kegiatan ekspor yang membawa
produknya hingga ke luar negeri tidak dilakukan sendiri melainkan dengan
bantuan pemasaran dari pihak luar. Hal ini jelas akan mempengaruhi penetapan
harga produk di luar negeri yang tidak menutup kemungkinan akan memberikan
keuntungan yang berlebih bagi pemasarnya.
- Pembayaran menggunakan dollar dan pemasarannya dilakukan sendiri
Untuk
kepentingan ekspor, lebih baik menggunakan kurs dollar. Hal ini akan memberikan
keuntungan yang lebih baik. Selain itu akan lebih menguntungkan bila pemasaran
itu dilakukan sendiri atau oleh anaknya. Perantara biasanya mematok keuntungan
yang berlipat ganda dan mendapat pembayaran menggunakan dollar. Hal ini jelas
akan menguntungkan pihak perantara namun memberi keuntungan yang standar bagi
Pak Roosman selaku produsennya padahal barang produksinya dihargai dengan lebih
tinggi dengan kurs dollar atau negara tertentu.
- Pekerja atau karyawan kurang diperhatikan
Pak
Roosman hanya menerima pegawai yang sudah siap dengan keterampilan memotong dan
menjahit bahan kulit. Setelah itu pegawai hanya akan diarahkan pada beberapa
hal yang dirasa cukup penting selama proses produksi. Pak Roosman tidak terjun
langsung dan mengawasi proses produksi.
LAMPIRAN
Papan depan tempat produksi dan showroom Pak Roosman
Dokumentasi proses produksi kerajinan kulit oleh pegawai Pak Roosman
Salah satu sudut showroom
Beberapa dokumentasi produk kerajinan kulit milik Pak Roosman
Papan depan tempat produksi dan showroom Pak Roosman
Dokumentasi proses produksi kerajinan kulit oleh pegawai Pak Roosman
Salah satu sudut showroom